Perekonomian Bangka Belitung Pincang Kaki, Saham Tins Terbang 22,31 %

- 9 Maret 2024, 11:57 WIB
Pekerja tambang timah di Bangka Belitung
Pekerja tambang timah di Bangka Belitung /Net/

INFOBANGKAID - Perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami "Pincang Kaki" lantaran masyarakat yang terpusat mata pencaharian nya pada tambang timah mengalami krisis secara global, harga beli pasir timah menjadi tak ternilai sejak Kejagung RI melakukan bongkar bongkaran kasus besar atas para pemain pertimahan di Bangka Belitung.

Sementara, perusahaan yang menguasai wilayah IUP di seluruh Pulau Bangka dan Belitung mengalami kerugian dan negara jebol triliunan rupiah, ditambah para petinggi petinggi di PT Timah Tbk sebelumnya menjadi dalang kongkalingkong korupsi dan telah menjadi tersangka.

Namun berbeda kondisi situasi yang dilansir infobangkaid dari CNBC Indonesia memaparkan, Emiten pertambangan BUMN logam PT Timah Tbk (TINS) terpantau melesat pada perdagangan sesi I Jumat (8/3/2024), di topang oleh kenaikan harga timah dunia.

Hingga pukul 11:30 WIB, saham TINS terbang 22,31% ke posisi Rp 740/saham. Saham TINS pada hari ini bergerak di rentang harga Rp 605-Rp 750 per saham.  

Saham TINS sudah ditransaksikan sebanyak 13.087 kali dengan volume mencapai 142,39 juta lembar saham dan nilai transaksinya mencapai Rp 99,46 miliar. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 5,51 triliun.

Hingga pukul 11:30 WIB, di order bid atau beli, pada harga Rp 690/saham, menjadi antrean beli terbanyak di sesi I hari ini, yakni mencapai 13.300 lot atau sekitar Rp 918 juta.

Sedangkan di order offer atau jual, pada harga Rp 755/saham atau batas atasnya hari ini, menjadi antrean jual terbanyak di sesi I hari ini, yakni mencapai 89.028 lot atau sekitar Rp 6,7 miliar.

Kenaikan saham TINS juga mengikuti lonjakan harga timah dunia yang menembus US$ 27.000 per metrik ton di bursa London Metal Exchange (LME) kemarin.  

Melonjaknya harga timah dunia terjadi karena ancaman terhadap pasokan dari produsen utama dan prospek permintaan yang berubah menjadi positif.

"Meskipun ada perubahan kebijakan perpajakan baru-baru ini di Myanmar, tambang timah di wilayah pertambangan Man Maw tetap ditutup. Sedangkan ekspor Indonesia kini sangat tertunda karena masih belum ada aktivitas perdagangan di ICDX (Indonesia Commodity Derivatives Exchange) atau JFX (Jakarta Futures Exchange) sejak pergantian tahun," kata Tom Langston, Senior Market Intelligence Analyst, International Tin.

Halaman:

Editor: Try Sutrisno

Sumber: CNBC Indonesia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah