Kisah Hajar Aswad Menurut Islam Berikut Penjelasan Para Sains Barat

- 17 Juni 2024, 03:18 WIB
Peralihan Warna Hajar Aswad dari Seputih Salju Sampai Hitam/
Peralihan Warna Hajar Aswad dari Seputih Salju Sampai Hitam/ /Tangkap Layar Instagram / @tayyibaproduction/

INFOBANGKAID - Hajar Aswad, batu yang menjadi salah satu objek ritual dalam ibadah haji, memiliki kisah menarik baik dari sudut pandang religi maupun sains. Dalam tradisi Islam, Hajar Aswad dikisahkan awalnya berwarna putih dan bersinar, namun berubah menjadi hitam karena menyerap dosa-dosa umat manusia. 

Kisah ini mengundang minat para ilmuwan untuk mencari penjelasan ilmiah terkait asal-usul batu tersebut.

Sejumlah teori muncul mengenai jenis batuan Hajar Aswad, termasuk bahwa batu ini sekelas dengan batu akik atau bahkan merupakan batu meteor. 

Pandangan yang menyebut Hajar Aswad sebagai meteorit cukup kuat, didukung oleh fakta sejarah dan pengamatan ilmiah.

Studi E. Thomsen dalam "New Light on the Origin of the Holy Black Stone of the Ka'ba" (1980) menceritakan penemuan kawah meteorit Wabar di Al-Hadidah oleh Philby pada tahun 1932. 

Kawah ini berukuran lebih dari 100 meter dan di sekitarnya ditemukan pecahan meteor. 

Pecahan ini terbentuk dari peleburan pasir dan silika bercampur dengan nikel, menciptakan lapisan putih di dalam dan cangkang hitam di luar. Warna hitam berasal dari nikel akibat ledakan meteorit di luar angkasa.

Thomsen mencatat bahwa ciri-ciri pecahan meteor ini mirip dengan Hajar Aswad. Warna putih yang awalnya dipancarkan Hajar Aswad bisa jadi berasal dari paparan bagian dalam inti campuran kimia tersebut. Lapisan putih ini rapuh dan mudah hilang seiring waktu, menyisakan hanya lapisan hitam.

Kisah perubahan warna Hajar Aswad dalam tradisi Islam ternyata dapat dijelaskan secara ilmiah. Warna hitamnya bisa berasal dari proses alami yang dialami meteorit, bukan karena penyerapan dosa. Bintik-bintik putih yang ada kini mungkin sisa-sisa kaca dan batu pasir.

Meski teori meteorit memiliki kelemahan, seperti kesulitan meteorit untuk mengapung dan pecah menjadi pecahan kecil, serta daya tahan terhadap erosi, ini masih menjadi teori paling mendekati. Thomsen menekankan pentingnya penelitian material meteorit untuk memahami lebih jauh asal-usul Hajar Aswad. 

Halaman:

Editor: Try Sutrisno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah