Ketakutan Akhir Masa Jabatan Presiden Jokowi

- 20 Mei 2024, 03:10 WIB
Presiden Jokowi dan Wakil Presiden terpilih periode 2024-2029, Gibran Rakabuming.
Presiden Jokowi dan Wakil Presiden terpilih periode 2024-2029, Gibran Rakabuming. /BPMI Setpres/Muchlis Jr/

INFOBANGKAID - Jelang akhir masa jabatan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan kekhawatirannya terhadap peredaran uang yang semakin kering, meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia masih sekitar 5%. 

Jokowi menilai masalah tersebut muncul karena Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan BI menerbitkan terlalu banyak instrumen, yakni Surat Berharga Negara (SBN), Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI).

"Jangan semuanya ramai membeli yang tadi saya sampaikan ke BI maupun SBN meski boleh-boleh saja tapi agar sektor riil bisa kelihatan lebih baik dari tahun yang lalu," ujar Jokowi di Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) di Kantor Pusat BI, Jakarta beberapa waktu lalu.  

Tahun ini, likuiditas menjadi satu perhatian utama bankir. Di tengah era suku bunga tinggi yang diperkirakan akan bertahan lama, persaingan perebutan dana akan terbilang sengit.

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Sunarso mengatakan bahwa suku bunga tinggi berdampak pada persaingan likuiditas perbankan. Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia menaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25% pada Rapat Dewan Gubernur April 2024.

"Naiknya suku bunga kita respons sebagai keputusan logis dan rasional. Tinggal tantangan pasti itu akan menyebabkan tantangan di likuiditas," katanya dalam paparan kinerja kuartal I-2024 belum lama ini.  

Namun Sunarso memastikan BRI masih memiliki ruang likuiditas yang cukup untuk ekspansi kredit. 

"Bagi BRI yang LDR segitu ya kita biasa aja dalam artian pasti kita akan pertahankan LDR, tapi bukan berarti kita ngerem kredit," katanya menambahkan.

Sebagai informasi per Maret 2023, rasio kredit terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (BRI) sebesar 83,78% Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, angka tersebut turun 148 basis poin (bps).

Terpisah, Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk Novita Widya Anggraini mengatakan bahwa likuiditas menjadi satu dari dua fokus utama tahun ini.

Halaman:

Editor: Try Sutrisno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah