Network
INFOBANGKAID – Jawa Timur kini memiliki jembatan layang atau flyover yang paling megah dan modern, yaitu Flyover Djuanda. Terletak di pertigaan Aloha-Bandara Juanda, Kabupaten Sidoarjo, flyover ini bukan hanya berfungsi sebagai pengurai kemacetan, tetapi juga sebagai ikon baru di wilayah tersebut. Flyover yang menghabiskan anggaran sebesar Rp332,8 miliar ini resmi difungsikan, meski menghadapi kontroversi di sekitarnya.
Ironisnya, ketika masyarakat mulai menikmati manfaat dari Flyover Djuanda, Bupati Sidoarjo, Ahmad Muhdlor Ali atau Gus Muhdlor, justru tersandung kasus korupsi. Namun, kasus yang menjerat Gus Muhdlor tidak terkait dengan proyek pembangunan flyover ini. Ia ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus dugaan korupsi pemotongan insentif ASN di Badan Pelayanan Pajak Daerah (BPPD) Kabupaten Sidoarjo.
Flyover Djuanda memang menghabiskan anggaran yang fantastis, tetapi perannya sangat vital. Flyover ini berhasil mengurai kemacetan di akses utama Surabaya-Sidoarjo, khususnya di kawasan Bundaran Aloha, Waru, yang sebelumnya menjadi titik kemacetan parah karena arus lalu lintas yang padat dan sering terhenti oleh perlintasan kereta api.
Dari pantauan redaksi Pikiran Rakyat Surabaya (PRMN) pada Jumat, 28 Juni 2024, jembatan layang ini membentang di atas jalur kereta api Surabaya-Malang-Blitar, jalan utama Surabaya-Sidoarjo, serta akses utama menuju Bandara Internasional Juanda. Sebelum adanya flyover ini, kawasan Bundaran Aloha, Waru sering mengalami kemacetan berat, terutama saat ada kereta api melintas.
Flyover Djuanda kini mampu mengurangi kepadatan lalu lintas di kawasan Bundaran Aloha. Namun, kemacetan masih tidak terhindarkan di Traffic Light Gendangan dan pertigaan Waru-Bungurasih hingga Bundaran Waru, perbatasan Surabaya-Sidoarjo.
